Selasa, 06 Mei 2014

Kereta Masa Lalu (ch2 kedatangan tak terduga)

   Ada ruang kosong di samping mereka, pintu yang memiliki jendela itu terbuka seluruhnya jadi dera bisa menatap masuk kedalam,"sini sini kosong nih" kata dera langsung masuk keruangan berukuran cukup luas, ada tempat duduk empuk berkaki kayu, "wihh asiknya" nakula langsung menyerbu makanan yang terdapat di dalam lemari kamar.
    malam datang diikuti cahaya mentari yang lambat laun hilang, "dera mau kemana kamu" kata indri melihat dera melangkah keluar ruangan berwarna coklat itu,"nyari sesuatu nih, pengen coffee"  dera tersenyum kearah indri, dua sahabatnya sudah tidur dari tadi, "ikut" indri berdiri dari duduknya," jangan ntar ga bisa tidur" kata dera langsung meninggalkan indri.
   dera berjalan dikoridor kayu mencari bayangan yang dia lihat sekilas tadi dijendela kamarnya," ayo lah kemari pejalan angin" kata dera, ketika dera menyebutkan kata itu langsung berhembus angin di korodor itu tanpa sebab, "datang pada ayah nak" dera mulai bertingkah aneh namun kemunculan seorang wanita berjubah hitam membuatnya berapi api, dera langsung mengeluarkan sabit panjangnya dari tas kucingnya yang sedari tadi ikut bertengger dikepalanya, "meo.." suara kucing itu setelah sabit keluar dari mulutnya yang sedikit melebar. dera menatap kearahnya seraya mengamati semua gerak geriknya, terutama kakinya yang takterlihat menyentuh tanah,"wush" angin berhembus kencang dibarengi dengan hilangnya wanita tadi, "hihihihi" suara cekikikan mulai samar terdengar, "bruk" tubuh dera terhempas kebelakang seperti ada yang menabraknya dengan kencang, "sial dia tidak terlihat" kata dera yang mulai lebih waspada.
     cukup lama mereka beradu keahlian ditempat sempit itu akhirnya dera mulai keasal, "terpaksa aku menggunakan kemampuanku" kata dera sambil menegakkan pungguingnya lalu berdiri tegak, wanita itu mulai melepas jubahnya,"apa yang akan kau lakukan" kata wanita itu, "bufff" seisi gerbong jadi gelap penuh kabut hitam, "apa ini" wanita itu sedikit takut, dera mulai mengarahkan sabitnya keleher wanita itu, "rasakan ini" triaknya, "ahkk" suara wanita itu kesakitan tapi lehernya masih menempel di badannya, tangannya kini mulai mengucurkan darah cukup banyak,"apa kau adalah the death walker" suara wanita itu bergetar didalam gelapnya kabut, "hahahha" dera hanya tertawa dan menghabisi wanita itu dengan sabit panjangnya
      setelah kejadian itu dera kembali menyusuri gerbong ke gerbong, di perjalan dia melihat beberapa kamar yang ada penghuninya dan ada pula yang berwajah manis membuat dera berhenti sebentar lalu tersenyum karena prempuan itu melihat kearah dera, gerbong demi gerbong telah terlewat hingga dera menemukan sebuah gerbong yang ditutup rapat dan dikunci, "tempat apa ini" pikir dera sambil terus menyelidik dari balik kaca kecil yang terdapat di pintu besi itu....

Sabtu, 26 April 2014

kereta masa lalu (ch1 berita besar)

    
      Di dalam hutan yang lebat bernama hutan sunyi, romi sedang menunggu di atas rumah pohonnya, "lama sekali, sial" gumamnya sambil terus mencari sasarannya menggunakan teleskop yang ada pada senapannya, malam itu sepertinya romi akan terjaga lagi hingga pagi, biasanya dia ditemani oleh secangkir coffee dan kacang sebagai pengganjal perutnya.
        romi yang tengah bertengger di jendela rumah kayu itu mendengar suara kasak susuk yang membuatnya waspada, "apa itu?" romi langsung mengambil senapan yang bersender di sebelahnya, teleskopnya langsung menjelajah mencari tau apa tadi itu, "aku harus menemukannya malam ini" romi terus mencari, sesekali dia memalingkan pandangannya dari teleskop untuk melihat dengan mata telanjang keadaan diluar, "sial sedang apa rusa senalam ini?" romi kesal dengan kehadiran rusa itu yang membuatnya was was.
      sang fajarpun datang dan romi tidak mendapat hasil apapun, diapun memutuskan untuk pulang, menyimpan senapannya di atas meja kayu yang ada di dalam rumah pohonnya lalu menuruni tangga dan berjalan meninggalkan rumah pohon.
      gelapnya hutan di pagi hari membuat romi sedikit tidak tenang, jalanan yang basah membuat setiap langkah kaki bercipratan air, samar samar romi mendengar suara cipratan air jauh di belakangnya,"siapa itu?" triak romi sambil  membalikan badannya, sayangnya tidak ada apapun di belakang romi, "darr.." suara tembakan itu terdengar begitu jelas di telinga romi, "siapa!!" triak romi yang tak kalah keras dari suara tembakan itu, lama kelamaan romi mulai merasa aneh dia pusing dan pandangannya kabur "kenapa dengan ku" romi mulai melihat ke bawah, dia terkejut dengan apa yang dia dapati di sana tepat di dada kirinya yang berlubang dan mengalir darah segar, "sial, ke**rat kau meidan" triaknya dibarengi tubuhnya yang tumbang sempat sekilas dia melihat kearah rumah pohon, orang berjubah hitam tersenyum sambil mengarahkan senapan kearah romi.
   * * *
       hari yang indah, "dwi tunggu ih" kata dera, "cepetlah masa kalah ama cewek" kata dwi yang terus berjalan tanpa menoleh, "barang bawaannya beda kali" kata dera mencibir, "dah cepetlah" dwi terus menerobos gelapnya hutan.
       rumah pohon itu mulai terlihat, langkah dwipun semakin cepat meninggalkan dera, "wait atuh" kata dera sambil sedikit berlari dan langsung masuk di dalam rumah pohon, "hey curang pake kemampuan" kata dwi yang melihat dera tengah ngos ngosan dia atas sofa empuk, "biarin ahh cape tau" kata dera.
      dera terus mengamati sekeliling menggunakan teropongnya, jendela di rumah itu menjadi tempatnya bertengger, "wi lama amat sih nakula sama indri" kata dera, "sabar" kata dwi sambil dengan polosnya melempar buku ke arah dera, "wahhh" dera kaget sekaget kagetnya, "kenapa tuh?" suara seorang cowok dari bawah di ikuti langkah menuju atas, " nakula, kemana aja, lama amat? kita udah beruban nunggu kalian" kata dera, " maaf dong di jalan macet tadi" kata nakula, "sial lu kan lari kesini" kata andrea duduk di jendela kayu, "iya tadi aku nolong kucing yang mau nyebrang" kata indri yang nongol dari balik pintu lantai, "bisok kita kan mau ikut ke kota salju, pasti banyak gangguan nih" kata dera, "gangguan apa?" kata indri duduk di sofa bersama nakula, "monster dan katanya klan meidan telah bergabung denga para monster" kata dera, "tenanglah kau lupa ya siapa kita?" kata dwi yang tengah asik membaca novel, "baiklah nona angraini" kata dera.
       esok harinya kepergian dera bersama 3 temannya menggunakan kereta api, di stasiun kereta api mereka berkumpul, "hey ayo masuk semua sudah kumpulkan" kata indi yang taksabar, stasiun ini terbuat dari kayu yang cukup kuat, kursi kursi berjejer sebagai tempat menunggu kereta uap yang telah datang,"ayo" kata dwi yang melangkah masuk, "kereta ini cukup besar ternyata" kata nakula, "dalamnya terlihat sangat clasik" kata dera..

Senin, 17 Februari 2014

Surat violet untuk papah mama

     yang pertama aku pengen bilang itu aku sayang kalian pah, ma...

     maaf selalu ngerepotin kalian selama aku hidup aku tau kalian udah jenuh lihat anakmu yang kaya gini, maaf aku juga blm bsa jadi yang mama atau papah ingin.

     ma inget ga pas aku marah ama mama ampe aku bilang kasar, atau ketika aku ngerasa keganggu ketika mama datang untuk ngingetin aku belajar, makasih ya ma selalu sabar dengan apa yang aku perbuat dan selalu sabar dengan sikap burukku.

     pah aku sayang sama papah, sama kaya aku sayang mama, apa lagi ketika ngelihat papah yang selalu sibuk dengan pekerjaan untuk menghidupi keluarga, aku tau papah jarang peduliin aku karena cape.

    tuntutan kalian juga selalu berusaha kujalanin meski kadang ga sejalan dengan apa yang aku mau, aku selalu denger apa yang membuat aku merasa tertekan.

    mah aku ingin jadi diri aku bukan aktor yang bersikap baik dihadapan semua orang,untuk melindungi harga diri kalian, tapi kenapa aku ga bisa  aku takut untuk bentakan yang kau lontarkan dikala aku salah.

     cermin itu nyata pah, pantulan ketika kalian berbuat salah kepadaku, aku selalu berkata kasar dan kadang membentak.

     kenyataan itu sakit kadang, ketika tau anaknya tak jadi yang diharapkan.
   
     tapi pah,mah aku tetep sayang kalian, apa kalian pernah memikirkan apa yang violet rasakan? violet cuma butuh kasih sayang, perhatian kalian berdua.

     pernah ga kalian menyangka bahwa cermin diri kalian itu ada padaku,  jaminan untuk jadi apa yang kalian mau bukanlah apa yang aku mau.
 
     aku berharap bisa selalu bersama kalian, bisa melihat langit di pelukan mama, bisa memandang awan di pangkuan papa, melihat indahnya matahari terbenam kita nikmati bersama.

     aku cuma berharap kalian bisa ngedengerin apa yang aku butuh, bukan uang aku cuma butuh kalian tau apa yang ingin ku utarakan kpada kalian di kala aku jenuh, dikala aku sedih, dikala aku terpuruk.

      mungkinkah kini terjadi,  kalian menemaniku, violetmu tercinta dikala dia akan pergi?
      bisakah kalian luangkan waktu  kalian dikala violet terbaring di atas tempat tidur dan akan segera pergi?

      kapan kah kalian datang dikala nafas ini masih tertahan namun nyawa takan lagi didalam diri, aku menunggu kalian dikala itu pah, ma.

     aku tetap menunggu hingga akhirnya rasa yang tak dapat ku utarakan itu datang, aku tau kalian takakan menemuiku lagi, aku tau air mata kalian hanya gambaran kesedihan semata tapi satu saja yang selalu ku ingin...

      pelukan hangat yang kau berikan dikala ku belum bisa berfikir, dikala ku terjatuh, dikala ku masih memakai dot yang takakan ku lepas.

     kehangatan pah, ma, kehangatan di keluarga ini udah memudar hingga nyawaku bosan berada dalam tubuhku dan pergi entah kemana.