Sabtu, 26 April 2014

kereta masa lalu (ch1 berita besar)

    
      Di dalam hutan yang lebat bernama hutan sunyi, romi sedang menunggu di atas rumah pohonnya, "lama sekali, sial" gumamnya sambil terus mencari sasarannya menggunakan teleskop yang ada pada senapannya, malam itu sepertinya romi akan terjaga lagi hingga pagi, biasanya dia ditemani oleh secangkir coffee dan kacang sebagai pengganjal perutnya.
        romi yang tengah bertengger di jendela rumah kayu itu mendengar suara kasak susuk yang membuatnya waspada, "apa itu?" romi langsung mengambil senapan yang bersender di sebelahnya, teleskopnya langsung menjelajah mencari tau apa tadi itu, "aku harus menemukannya malam ini" romi terus mencari, sesekali dia memalingkan pandangannya dari teleskop untuk melihat dengan mata telanjang keadaan diluar, "sial sedang apa rusa senalam ini?" romi kesal dengan kehadiran rusa itu yang membuatnya was was.
      sang fajarpun datang dan romi tidak mendapat hasil apapun, diapun memutuskan untuk pulang, menyimpan senapannya di atas meja kayu yang ada di dalam rumah pohonnya lalu menuruni tangga dan berjalan meninggalkan rumah pohon.
      gelapnya hutan di pagi hari membuat romi sedikit tidak tenang, jalanan yang basah membuat setiap langkah kaki bercipratan air, samar samar romi mendengar suara cipratan air jauh di belakangnya,"siapa itu?" triak romi sambil  membalikan badannya, sayangnya tidak ada apapun di belakang romi, "darr.." suara tembakan itu terdengar begitu jelas di telinga romi, "siapa!!" triak romi yang tak kalah keras dari suara tembakan itu, lama kelamaan romi mulai merasa aneh dia pusing dan pandangannya kabur "kenapa dengan ku" romi mulai melihat ke bawah, dia terkejut dengan apa yang dia dapati di sana tepat di dada kirinya yang berlubang dan mengalir darah segar, "sial, ke**rat kau meidan" triaknya dibarengi tubuhnya yang tumbang sempat sekilas dia melihat kearah rumah pohon, orang berjubah hitam tersenyum sambil mengarahkan senapan kearah romi.
   * * *
       hari yang indah, "dwi tunggu ih" kata dera, "cepetlah masa kalah ama cewek" kata dwi yang terus berjalan tanpa menoleh, "barang bawaannya beda kali" kata dera mencibir, "dah cepetlah" dwi terus menerobos gelapnya hutan.
       rumah pohon itu mulai terlihat, langkah dwipun semakin cepat meninggalkan dera, "wait atuh" kata dera sambil sedikit berlari dan langsung masuk di dalam rumah pohon, "hey curang pake kemampuan" kata dwi yang melihat dera tengah ngos ngosan dia atas sofa empuk, "biarin ahh cape tau" kata dera.
      dera terus mengamati sekeliling menggunakan teropongnya, jendela di rumah itu menjadi tempatnya bertengger, "wi lama amat sih nakula sama indri" kata dera, "sabar" kata dwi sambil dengan polosnya melempar buku ke arah dera, "wahhh" dera kaget sekaget kagetnya, "kenapa tuh?" suara seorang cowok dari bawah di ikuti langkah menuju atas, " nakula, kemana aja, lama amat? kita udah beruban nunggu kalian" kata dera, " maaf dong di jalan macet tadi" kata nakula, "sial lu kan lari kesini" kata andrea duduk di jendela kayu, "iya tadi aku nolong kucing yang mau nyebrang" kata indri yang nongol dari balik pintu lantai, "bisok kita kan mau ikut ke kota salju, pasti banyak gangguan nih" kata dera, "gangguan apa?" kata indri duduk di sofa bersama nakula, "monster dan katanya klan meidan telah bergabung denga para monster" kata dera, "tenanglah kau lupa ya siapa kita?" kata dwi yang tengah asik membaca novel, "baiklah nona angraini" kata dera.
       esok harinya kepergian dera bersama 3 temannya menggunakan kereta api, di stasiun kereta api mereka berkumpul, "hey ayo masuk semua sudah kumpulkan" kata indi yang taksabar, stasiun ini terbuat dari kayu yang cukup kuat, kursi kursi berjejer sebagai tempat menunggu kereta uap yang telah datang,"ayo" kata dwi yang melangkah masuk, "kereta ini cukup besar ternyata" kata nakula, "dalamnya terlihat sangat clasik" kata dera..