Senin, 07 September 2015

puisi sakit jiwa

Ku ingat dikala bergema di baris belakang
Ku ingat penatku ini tak mungkin hilangkan
Ku ingat kala penat naik kepalang
Ku ingat kau berkicau tak merdu di belakangku

Taukah kau kaulah yang terbaik yang ku kenal
Hingga tak kuasa kumenahan semua amarahku
Taukah kau suaramu itu adalah rusakan telingaku
Hingga ku bisa tak bergeming diatas kursi

Senangku pandang tubuhmu yang begitu memukau
Ku ingin kau cicipi tajamnya pisau ini
Senangku rasakan nafas busuk yang tak hilang sehari
Ku ingin kau hilangkan setengah dari hidungnya

Belati merah memukau kilau air mengalir
Belati tetap kan menyala kala duyung menangis
Lirih lirik yang kini buas menyalak bak terbakar
Lirih menarik tawa kian memekak segala penjuru