Kamis, 08 Oktober 2015

Violet Winter Bathoury (who is bathoury?)

   seorang anak berkulit putih berambut pirang tengah berlari di rumahnya yang luas, "Vi hati hati sayang" suara lembut seorang wanita terdengar dari arah dapur, violet yang tengah loncat kesana kemari tak kunjung berhenti, "aku tak bisa berhenti madam, sekarang aku dalam masa pertumbuhan jadi harus banyak bergerak agar tidak terus sebesar ini" katanya sambil lompat di atas sofa seharga 2000 dolar, " tapi kau harus ingat untuk berhati hati agar kamu tidak terluka sayang" kata elisa sambil merangkul tubuh mungil violet lalu membawanya ke meja makan, violet selalu diam ketika ada orang memeluknya atau mengusap kepalaya, itu hal yang paling dia suka di seluruh dunia setelah coklat dan ice cream.
   Di ruang makan yang cukup untuk menampung 35 orang itu mereka sarapan berdua saja,"madam akankah aku memiliki seorang kaka" kata violet," semua bisa terjadi sayang berdoa saja" kata madam," makan sayuranmu itu menyehatkan" tambahnya, "hhmmm" violet berusaha untuk memakannya, meski terlihat mimiknya yang mengatakan "mungkin kah benda aneh ini bisa membunuhku?" ia pun mengunyah lalu menelannya perlahan, sambil memejamkan mata, ya kau tau brokoli bukanlah sayuran faforit kebanyakan anak, "emmmmm... madam ini sangat enak benda apa tadi?" kata violet, " itu bukan benda sayang, itu makanan, itu adalah brokoli yang di beri saus bechamel, aku tau kau akan menyukainya, terutama mozarrela yang ku campur sepertinya berjalan baik" elisa tersenyum memandangi violet.
   Sekolah tempat penuh dengan hal yang taka akan kau temui 2 kali, "hati hati violet, kau yakin ingin pergi jalan kaki?" kata harold pelayan di rumah itu, " iya harold aku sudah besar umurku sudah 9 tahun" katanya dengan mimik muka serius, "baiklah tapi ingat kau harus langsung pulang jangan main dulu" kata harold " iya iya harold aku pergi dulu" kata violet sambil melambaikan tangan, "carefull my princess".
  Diperjalanan dia terus saja berjingkrak sambil mengayunkan sebatang ranting yang ia temukan di jalan, "hmmm.. hmmm. hmm" ciolet berdehem agar langkahnya tidak terlalu sepi, pepohonan yang tengah berguguran ikut mewarnai perjalanannya, suasana ini yang membuat violet selalu ingin jalan menuju sekolahnya.
   Sesampainya di sekolah dia langsung duduk di barisan paling depan, jam menunjukan 7.00am sedangkan masuk sekolah jam 7.30am, "bu.." suara pelan yang bertujuan untuk mengagetkan violet berhasil membuatnya berteriak, " ihhh rose berhenti mengagetkan ku" kata violet sedikit kesal, "kepagian kali buat ngelamun" katanya sambil duduk di sebelah violet , "huh.." violet mendengus kesal sambil beranjak dari duduknya, " awas awas awas...." sebuah suara cempreng memecahkan kesunyian pagi itu, "bruk.." kini violet tersungkur, di dorong oleh samantha, "violet ga apa apa?" kata rose, "masih pagi udah ngalangin jalan" kata samantha, anak sombong ini memang selalu begitu, violet hanya tersenyum sambil meluruskan bangku kayu yang tergeser oleh tubuhnya yang jatuh di dorong samantha, "samantha deovani kenapa sih kamu!" kata rose kesal, "memangnya kenapa, terserah aku dong emang dia ngalangin jalan kok" kata samantha "rose.." kata violet sambil memegang tangan rose yang hendak melangkah, "apa kau gadis desa" kata samantha melecehkan rose, "kau ini..." kata rose yang tengah di bakar amarah, "rose...." kini violet menatap tajam mata rose yang hampir saja meledakan amarahnya, diapun kembali duduk bersama violet tanpa saling berbicara, mereka saling mengerti satu sama lain.
  violet adalah anak yang amat pintar, dia pintar dalam pelajaran, pintar dalam membaca suasana, pintar dalam mengendalikan amarahnya namun dia bukan tipe orang pemaaf, dia amat sangat membenci samantha, namun dia tak pernah menunjukan di depan umum, dia selalu membenci semua hal tentang samantha, suatu hari pernah violet menindih seekor anak anjing yang lucu dengan batu yang cukup besar, "kau anak anjing yang lucu, tapi sayang kau terlalu lucu untuk samantha, aku membencinya, benci.. benci..." dia terus menindih anak anjing itu dengan batu, darah yang bermuncratan tak membuat anak ini takut, dia terus melakukannya meski dress yang ia kenakan mulai memiliki bercak merah.

0 komentar:

Posting Komentar