Minggu, 29 Mei 2016

Prince Monteres

Hari itu clemo bersama 2 temannya berlari dari kejaran monster buas dipinggiran kota, "jangan berhenti mereka masih mengejar kita" teriak clemo, "kita harus kemana lagi, kita ada di bagian yang banyak monsternya clou" kata shin terus berlari mengikuti clemo, "ikuti aku, kita ke persembunyian" clemo berlari melompati jembatan penghubung gedung gedung, di bawah mengalir air berwarna biru gelap menandakan seberapa dalamnya, Setelah semua itu berlalu, "clemo apakah monster itu masih mengikuti kita?" tanya amanda gadis bermata hijau, "aku yakin tidak" kata clemo, di kota yang besar nan megah ini, hal hal seperti hantu, monster bukan hanyalah isapan jempol tapi bagi mereka itu bukan hal aneh mengingat mereka hidup bersama hal tersebut, menikmati setiap lompatan, kenakalan atau apapun dengan senyuman.
Disekeliling kota ini terdapat hamparan rumput dan pepohonan, jarak antar kota terpisah oleh gunung sehingga masih banyak tempat yang di tinggali monster, fairy fertile adalah nama kota ini, dinamakan begitu karena subur. Dikota clemo berkumpul sehabis pengejaran, "clou besok kita cari misi yang lebih mudah saja" kata shin, "iya monster akhir akhir ini lebih kuat clemo" tambah amanda, " iya makanya kalian harus sering latihan, sekarang istirahatlah dulu" kata clemo lalu bergegas pulang.
Esok harinya tiga sekawan itu mencari misi ke mission station, "selamat datang ada yang bisa saya bantu" kata pelayan disana, " saya ingin mengambil misi ini" kata clemo menunjukan selembaran yang dia ambil sebelumnya, "apa kalian yakin ini misi peringkat B" katanya, "ya tentu" clemo terdengar sangat yakin mengingat seorang penyihir putih di partynya.
Mereka berangkat pagi itu berjalan meninggalkan kota tanpa takut sedikitpun, " amanda semua barang sudah ada di dalam tas inikan" shin menunjukan tas yang ia gendong, "iya semuanya" amanda meyakinkan. Lama berlari clemo menemukan rumah, "permisi, ada orang?" triak clemo sambil mengetuk, "tunggu.." seseorang membalas dari dalam. pria tua muncul dari balik pintu kayu, "apa yang membuat kalian datang kemari?" kata orang itu, "kami sedang menjalankan misi, apakah anda tau tentang behmoth di sekitar hutan ini?" kata clemo, "lebih baik kalian masuk dulu" clemo mengawali masuk ke dalam, didalam rumah mereka membahas tentang segala tentang monster itu mulai dari cara mengalahkannya, tempat dia bersembunyi, dan sebagainya.
Percakapan kemarin membuahkan banyak hal tentang monster yang disebut behemoth. Mereka menginap dirumah tersebut di karenakan hujan lebat melanda, "luciyus apa nama lengkap anda" kata shin ketika memotong kayu bersama luciyus orang tua yang kemarin, "luciyus shinobu" katanya singkat, "se..se..seriusss!?" shin terbelalak, "yahh begitulah, legenda kadang hanya melebih lebihkan" jawab luciyus merendah, "anda adalah panutan bagi saya, semua kisah shinobu tak pernah salah faktanya, aku ingat kisah anda yang membunuh behemoth keruru yang berukuran 10x behemoth biasa, jujur aku belum pernah melawan monster seperti itu" shin bersemangat melihat legenda yang dulu ia dengar kisahnya ada di hadapannya, dengan rambut putih disisir rapih ke belakang, dia hanya tersenyum mendengar kisahnya yang diceritakan kembali.
Siang itu mereka memutuskan menyelesaikan misi itu secepat mungkin, mereka berjalan ke dalam hutan mencari hal yang tak terlihat, "shin apa kau yakin ini jalannya?" amanda terdengar ragu, "menurut luciyus harusnya tempatnya ada disekitar sini" sin terus mencari celah pohon yang diceritakan luciyus, "hey coba lihat ini!" seru clemo girang, dia menunjukan sebuah jalan menurun diantara akar akar pohon mereka menelusuri jalan itu. Tak lama kemudian clemo melihat monster behemoth, "lihat apakah itu banteng?" di dalam hutan yang lebat seekor penghancur tertidur lelap disekitarnya terdapat bunga bunga bermekaran, terlihat nyaman, "itu behemoth, ciri cirinya sangan mirip" kata shin, "ayo kita serang makhluk itu tak begitu besar" kata clemo enteng, "apa kau buta, dari sinipun aku bisa melihat ukurannya sebesar rumah luciyus" kata amanda, "yayaya" clemo mulai melangkah maju.
Dihadapan behemoth yang tengah tertidur clemo mengayunkan pedangnya lalu melompat mundur, "groooouuuwwww" suara behemoth terdengar menggema dia celingak celinguk mencari siapa yang melukai pipinya, "clemo mundur jangan diam di situ" kata amanda panik, behemoth itu didepan clemo, "tenanglah kan ada kamu disini" clemo tersenyum, cakar behemoth mengacung siap menyerang, "mundurlah bodoh!" triak shin panik, "bruk" sayang clemo tak menghindari serangan itu, dia terpental dan merobohkan sebuah pohon, "clemooo!" amanda berlari kearah clemo cemas, "dasar kau" kata shin sambil memegang pundak clemo, "serangannya kuat, tapi dia cukup lambat untuk jadi lawanmu, dan terlihat sedikit bodoh" clemo menjelaskan situasinya, "baiklah" shin maju dengan sarung tangan besi, dibagian depannya terdapat benda runcing untuk menghancurkan armor musuh, "terimakasih amanda, aku tau kau pasti bisa mengobatiku" amanda membacakan mantra penyembuh, luka clemo mulai pulih. Shin berhadapan satu lawan satu, "ayo besar tunjukan kemampuanmu" dia melompat menghantam moncong atas behemoth, "grrrrr" dia menggeram, "alot juga pertahananmu" shin menghindari cakarannya, dia ganti menyerang sisi perutnya "sungguh badanmu ini tetbuat dari apa" shin mulai kesar karena serangannya tak menimbukan luka, "baiklah aku harus menggunakan skill itu" shin mundur lalu menahan pukulannya dia mencari kelemahannya, "gggrraaaoo" behemoth berlari kearah shin, "itu" shin langsung berpindah keatas behemoth dan memukul keras tepat di punggungnya, "hancur juga armormu" katashin namun dia kini berbaring di sebelah behemoth memedahkannya mendapat serangan telak, "sial" pikirnya tak berniat menghindar, "bruk" suara behemoth menghantam tameng yang di keluarkan oleh amanda di depan shin, "dasar merepotkan" kata clemo meledek sambil membopong tubuh shin, "kuserahkan sisanya padamu" shin memejamkan mata di bawah pohon, "dengan senang hati" jawab clemo berjalan menghampiri behemoth itu, dua pedangnya sudah siap memotong mangsanya sekarang, dia berlari dan melompat menyerang moncong behemoth.



Buat yang penasaran kelanjutannya bisa cek di  Sini

Another Alice in wonderland

Seorang gadis belia menjelajahi taman yang luas ditemani seekor anjing kesayangannya, dia melompati pagar rumput di ikuti anjingnya, rambut pirangnya menari nari diterpa angin, terlihat pula mata biru yang ceria dan bersemangat menatap sekeliling penuh selidik, "Alice.. Alice.." terdengar suara wanita paruh baya memanggil, dia berlari menghampiri, antusias.
Dia memeluknya dan dengan sayang mencium keningnya, Alice memejamkan mata senang dengan kecupan di keningnya yang membuatnya nyaman, kini Alice merajuk hanya untuk mendapatkan sebuah dongeng dari neneknya, "ayoolah nek aku yakin kau punya cerita menarik" kata Alice memohon,
"baiklah baik, dasar simanis kesayangan nenek" wanita tadipun menceritakan sebuah dongeng, Alice selalu menyukai cerita yang diutarakan oleh neneknya, ketika beliau mulai bercerita Alice mulai memasang telinga mendengarkan layaknya pendengar setia, dengan duduk di bangku taman, sejuk dibawah bangunan kayu dengan tanaman menjalar di tiap tiangnya, bunga bunga terlihat merekah disetiap mata berpaling, "Suatu hari ada seorang anak yang sangat ceria dan bersemangat, persis seperti kau" wanita itu menyentuh hidung Alice membuatnya tersipu, pipinya memerah,
"dia bermain ditaman, memetik beberapa bunga untuk dirangkai dijadikan buket, dia senang sekali membuat buket, hingga akhirnya seekor kucing berjalan di balik semak membuat gadis itu penasaran, mulanya ia hanya merasa salah lihat namun ketika di ikuti ia benar benar seekor kucing yang mengenakan jas seperti akan menghampiri sebuah pesta, mungkin pesta kucing ntahlah, kucing itu dapat berjalan dengan dua kaki berhasil membuat anak tadi terbelalak"
"wahh sepertinya lucu sekali seekor kucing dengan jas berjalan dengan dua kaki mungkin akan terlihat seperti budy yah, kucing kesayangan nenek" Alice tersenyum medapati kepalanya diusap lembut, gadis itu merapatkan tangannya dipaha, layaknya pendengar yang baik siap mendengarkan kelanjutan ceritanya,
" ya tentu, sesekali kita harus dandani kucing pemalas itu" kata wanita tadi membuat Alice tertawa lepas,
"gadis itu mengikuti sikucing perlahan berharap tak ada yang menyadari, hingga akhirnya dia memasuki sebuah belukar cukup dalam, menyibak nyibak tiap sulur yang menghalangi jalannya, dan terus kedalam ntah seberapa jauh ia melangkah hingga akhirnya mendapati sebuah pintu berhiaskan kaca berwarna warni, gadis itu memandangi penuh tanya haruskah dia menghampirinya, tapi rasa penasaran menjalar diseluruh tubuh memaksa kakinya melangkah mendekat hingga knop pintu terbuat dari perak sangat indah berada tepat dihadapannya" wanita itu diam sejenak berharap mendapat pertanyaan dari gadis penasara, yang duduk tepat di sampingnya,
"lalu apa yang terjadi kemana kucing tadi?" keinginannya terkabul,
"kau tak sabaran ya, dia memegang erat knop pintu lalu memejamkan mata cukup lama, mengumpulkan seluruh keberanian untuk membeli semua rasa penasarannya, perlahan tapi pasti knop itu di putar gadis itu mendorong pintu pelan pelan takut akan apa yang ada dibaliknya, namun ketika ia buka didalamnya hanya ada ruang kosong, gadis itu memasukinya dan mencari sisa jejak dari si kucing yang belum lama memasukinya, sayang tak ada satupun petunjuk yang tersisa"
"hahhh.. lalu kemana kucing itu pergi" terdengar nada kecewa disana,
"tidak ada yang mengetahuinya, anak itu akhirnya menyerah untuk mencari dan menceritakan semua kejadian itu pada ibunya lalu membawa ke tempat yang dimaksud, namun nihil bahkan pintu itupun ikut menghilang "aku bersumpah pintu itu ada disana" kata gadis itu, "berhentilah berkhayal regina, bersikaplah sedikit dewasa" kata ibunya, "tapi ibu.." regina menunduk lesu tak bisa berbuat apapun untuk membuktikan ucapannya, regina ditinggalkan oleh ibunya sendirian, iapun memutuskan pergi kekamarnya kembali menelusuri semak dan sulur yang kadang membuat tubuh gatal, dia memandangi tangga sembari membayangkan kucing dengan jas yang belum lama ia lihat, ia menaikinya lalu masuk kedalam pintu putih, dia menggambar seluruh hal yang ia lihat sebisa mungkin ke sebuah kertas dengan krayon dan pensil, berpuluh puluh gambar terpampang didinding, ia menyebutnya ruang kerjaku ada gambar kelinci berpita, kupu kupu, bunga, rumah, gunung dan beberapa balon air yang pecah di tanah gambarnya amat bagus untuk gadis seumurannya, dan kini seekor kucing dan pintu ajaib ia lukiskan di kertas sebagai pengingat untuknya, telinga kucing itu ia gambar lancip membelakangi, bulunya hitam dibalut jas hitam juga, dengan celana levis yang luar niasa rapih kucing itu bisa menjadi dambaan wanita kucing lain, bahkan aku kadang ingin melihatnya" wanita itu berhenti bercerita sejenak,
"setelah menggambar dia mencoba kembali ke tempat pintu itu berada, dia tak menemukan apapun selain dahan dan pohon besar"
"lalu apa lgi, apa yang terjadi setelah itu, apakah dia berhasil masuk ke balik pintu dan menemukan dunia baru?" rentetan pertanyaan berhamburan keluar dari mulut Alice, senyuman terlukis indah disana hangat dan menenangkan gadis mungil itu,
"tidak Regina belum menemukan cara untuk masuk kedalam pintu tersebut sayang" dia menepis rambut Alice yang tergerai menutupi matanya,
"hmm.. jadi kisahnya belum bisa di lanjutkan?" Alice tertunduk lesu kecewa dengan apa yang dia dengar, persetujuan yang mengecewakan.
Alice Valentine Norman gadis kecil yang mulai merekah dengan wajah anggun dan kulit putih tergolong pucat, rambut pirang ikal serta mata bulat penuh selidik, berwarna biru bersemangat, mata yang kini tengah mengorek ngorek tanah mencari sesuatu mungkin cacing tanah untuk ikan ikan di sisi kanan rumahnya, dia berjongkok di bawah kumpulan bunga mawar yang tinggi "hei cacing cacing keluarlah" kata gadis itu, sambil terus menorehkan singkup kecil ke tanah ditamannya.
Alice di kagetkan oleh suara kasak kusuk di balik belukar dia menghampirinya, menatap penuh selidik kearah dinding rumput tersebut, "kiaaaa!" triaknya kaget, seekor kelinci melompat dari balik rerumputan kearahnya dan mendarat di atas perut Alice, mereka saling bertatapan, "maafkan aku nona" terdengar kelinci itu bicara, gadis itu terbelalak tak percaya dengan apa yang dia dengar,
"apa?! kau bi..bisa bicara atau hanya khayalanku" dia bicara sendiri, tak mendapat jawaban,
"hahah aku pasti berkhayal cuaca ini membuatku berhalusinasi" dia memegang keningnya dengan punggung tangan, sejujurnya cuaca kala itu tidaklah panas,
"Tidak seluruhnya gadis kecil" ucapan kelinci itu berhasil membuat Alice pingsan.








Buat yang mau tau kelanjutannya bisa cek di   sini :)

Selasa, 26 Januari 2016

satu malam yang menegangkan (bisakah#6)


    hal baru untukku seorang cewek nginep di rumahku "huaahhh sore gini enaknya ngapain" kataku yang tengah memandangi jalanan dari atas balkon kamarku, kebingunganku terus menjalar di otakku hingga akhirnya aku berhenti didepan kaca lalu mengambil kaca mata yang aku beli di kota kraton, beberapa detik aku terus memandangi mukaku yang kobe, "must kamu ganteng banget pake kaca mata itu" frida memandangiku dari pantulan kaca, "aku sayang kamu must" kata frida seraya memeluk tubuhku yang terbalut celana jins dan T-shirt, "must...." suaranya semakin lantang, "musttt bukaa woyy" sial suara ka andrea membuyarkan semua lamunan indahku, "iya kela(tunggu)" aku membuka pintu kamar setelah mencopot kacamata yang menghiasi rarayku(mukaku).
    frida masih duduk bersama gitar "dah makan belum?" aku duduk disampingnya, "belum heheh" kata frida, " makan dulu yuk" ajak ku "ayo" kata frida singkat kamipun beranjak keruang makan, sesampainya disana aku mempersilahkan frida duduk, "mau pesen apa frid?" lagakku seperti seorang pelayan,
 "apa ajalah"
  "oke deh mohon ditunggu yah, makanan special dirumah ini akan segera dihidangkan"

 aku mulai berjalan kearah dapur dan memasak sebuah menu yang sering sekali dibuat olehku yaitu mie suci, yaitu mie goreng yang dibumbui dengan rempah namun tanpa kecap ataupun saus tapi mengguinakan cabe rawit dan gula putih sedikit.beberapa menit berselang mie buatankupun sudah jadi, "silahkan dinikmati" aku menyajikan makanan itu dari sebelah kanan, " makasih yah :)" frida tersenyum lebar kearahku, kamipun menikmati hasil karyaku itu.
     malampun datang tanpa diundang, "frid disini kamar kamu, itu mah kamar aku" kataku yang berdiri didepan pintu berwarna putih, "kamu suka tsumiki?" kata frida, " eh iya hehehe" aku cengengesan menutupi rasa malu, "banyak banget poster sama barangnya" kata frida yang telah ada didalam kamar tamu bersamaku"namanya juga ngefans dlu" aku memandang semua poster penuh arti, kenangan, bersamanya.
      aku meninggalkannya sendiri di kamar tamu, karena jam sudah menunjukan pukul 10  mlm aku kira sudah waktunya tidur untuknya, sedangkan aku melanjutkan kebiasaanku bergitar di dalam kamar, putih dinding semua kamaar namun hanya  kamar milikku yang penuh dengan poster dan barang, satu lemari dan tempat tidur untuk satu orang masih terasa luas untuk ruangan sebesar ini, semua barang tertata rapih di tiap ruangan, agar memudahkan kami, "jreng..jreng..jreng.." suara gitarku menggema di heningnya malam, "baby i'm so lonely, lonely, lonely..." lagu yg ku lantunkan berjudul lonely milik 2ne1 girlband asal korea.
      beberapa lagu telah ku persembahkan untuk malam sunyi ini hingga suara ketuk pintu membuatku terdiam, "tok..tok..tok..." aku masih terdiam memastikan apa yang ku dengar benar terjadi, "tok..tok..tok..tok" semakin keras terdengar, aku langsung beranjak seraya bertanya," siapa?" pintu kayu kamar pun ku buka secepat mungkin, takut terjadi sesuatu, " aya naon(ada apa)?" kataku seraya membuka pintu, seonggok bantal berambut melayang, sejenak ku kira itu monster bantal melayang, "setannnn...!!!" aku setengah berteriak, namun muncul wajah frida di balik itu semua mencuat dengan mata sipit mengantuk, "apa sih teriak teriak, ih aku bukan setan" nada mengantuk itu membuat ku tersenyum geli, "di kirain -_-) ada apa mlm mlm gini?" aku segera berdiri, dia cukup manja menurutku, "takut ada tengkorak ngegantung di lemari" keheranan ku hilang teringat gantungan kunci yang aku simpan disana berbentuk tengkorak berlumuran darah cukup mengerikan memang, "iya ntar aku ambil" kataku agak bete,
   "eng... ga usah, aku tetep ga bakalan bisa tdur, aku mau dsni aja"
   "eh maksudnya?"

      tanpa menjawab dia langsung naik ke kasur dan tidur, manis sekali. untunglah aku bukan orang mesum yang selalu mengambil kesempatan dalam kesunyian,"hahh alus di usir ti kamar sorangan (bagus diusir dari kamar sendiri)" akupun bangkit, pergi ke kamar sebelah.
       belum sampai rasa haus mulai menyerang, dengan malas ku turuni tangga pegangannya terbuat dari kayu di cat putih, sesampainya di dapur tak hanya air yang ku minum habis tapi dua buah roti yang nganggur seperti turut memanggil, " asa murinding kieu(kerasa merinding)" terasa angin dingin membelai pundakku, aku kembali ke lantai atas sembari sesekali melihat ke belakang berharap harap cemas yang aku takutkan tak akan muncul, sepertinya aku tak akan tidur nyenyak sekarang -_- tired